Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sebab ilmu itu Allah berikan pada ulama, agar mereka dapat memberi panduan pada kita
Kenabian sudah berakhir di Nabi Muhammad saw, akan tetapi ilham dan hikmah tetap Allah berikan pada hamba-Nya, yaitu para ulama diantara manusia
Maka para ulama itu ibarat hotspot-hotspot yang Allah sediakan bagi manusia, agar bisa terhubung dengan Allah, pengingat dalam ketaatan
Karena tak semua dari kita bisa langsung memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka ulama yang jadi perantara antara kita dan wahyu dari Allah
Karena itulah perkataan ulama itu tak harus selalu membuat damai, tenang dan halus. Adakalanya lisan ulama jadi peringatan kepada kita
Itulah hikmah yang Allah beri pada ulama, hingga dia tahu kapan harus lembut kapan mesti keras, kapan menyemangati dan kapan membuat menangis
Wujud ulama itu pun bermacam-macam. Kadang kita temukan di pribadi kyai, ustadz, bisa jadi budayawan dan tokoh, cerdik pandai, ilmuwan, bahkan awam.
Sebab ulama yang sebenarnya adalah “yang paling takut pada Allah diantara hamba-hamba-Nya”, sebab takut pada Allah itu adalah ilmu yang jarang
Bukan ulama, mereka yang bergelar namun tak takut pada Allah. Yang berbicara semua agama sama, yang menisbikan sesuatu yang mutlak
Sebab ilmu yang bermanfaat, yang membuat kita takut pada Allah, karenanya kita senantiasa mau terikat pada aturan yang Allah turunkan pada kita
Bersamai para ulama, reguklah ilmunya, ambil hikmahnya, dan pelajari ilham yang mereka dapat dari Allah. Tetaplah kita muliakan ulama
Sebab bila mereka dipanggil Allah, ilmupun mereka bawa bersama mereka, tidak hanya itu, tapi keberkahan hidup dan kebaikan juga tercabut
Dan kita hanya bisa berdoa, semoga dengan membersamai mereka di dunia, Allah juga akan bersamakan kita di akhirat bersama para ulama, di surga.