Mari kami beritahukan strategi kaum kafir dalam menguasai kaum Muslim, entah di internasional maupun lokal, caranya selalu sama, perang pemikiran tetap ada.
Blame the victim, double standard, apapun namanya, istilah mudahnya munafik. Pelaku dan pengikutnya sama saja, selalu bermuka dua, kata-katanya bercabang berbisa.
Mereka katakan beragam tapi memaksakan kelompoknya untuk berkuasa, beragam itu arti bagi mereka “jangan Islam”, “jangan mayoritas”, tidakkah begitu jelas culasnya?
Mereka bilang ke Muslim jangan bawa-bawa agama, tetapi lihat selain Muslim solid mereka arahkan, dan dengar penistaan agama tanpa henti tiap-tiap kampanyenya.
Mereka memprovokasi ummat, menyakiti hati ummat dengan tuduhan dan fitnah tak pantas pada agama, ketika kita bergerak, mereka bilang kitalah biang provokasinya.
Mereka mengejek dengan mengatakan “ulama harusnya itu menenangkan”, disaat yang sama terus-menerus menciptakan kekisruhan baru, dengan lagu yang lama.
Mereka boleh menyerang agama kita dan kita tidak boleh membela agama kita, menyerang agama dianggap toleransi dan membela agama dianggap anarkis baginya.
Mereka mengklaim persatuan negeri, tapi lihatlah perpecahan negeri ini sejak penista agama dan komplotannya memaksa ingin berkuasa, siapapun mengetahui nyata.
Mereka menyudutkan ulama yang teguh dalam ketaatan pada syariah Islam, lalu di lain tertawa, bersalaman, cari muka, pada “ulama” yang bisa dikendalikan harta.
Tidakkah anda sadar? Bahwa tujuan mereka itu meniadakan rasa cinta anda pada Islam? Mereka coba membuat anda nyaman tanpa aturan Allah Azza wa Jalla?
Lihatlah sekarang perilaku Muslim yang menjadi boneka mereka yang tak berdasar Kitabullah dan Sunnah. Kasar dan sangar, berandal dan brutal pada sesama saudara.
Mereka tidak cinta negeri, apa lagi agamanya. Sebab samas sekali agama Islam tak jadi pertimbangan bagi mereka. Yang mereka cari puji dan sanjung si penista.
Sudahkah jelas bagi kita? Bahwa selain aturan Islam pasti akan menyengsarakan? Kebenaran Allah dan Rasul-Nya bahwa kita harusnya berada dalam naungan syariat-Nya?
Lalu apalagi yang kita pertimbangkan? Akankah kita terjebak akal culas penista dan komplotannya? Ataukah kepada tauhid kita akan kembali untuk mencari bahagia?
Tak ada kebaikan selain pada Allah dan Rasul-Nya, dan semua itu sudah diaturkan dalam Kitabullah dan Sunnah, siapapun berpegang padanya, tak sesat selamanya.